Deskripsi
Ayah dan Sirkus Pohon menghadirkan kisah penuh makna tentang pendidikan, menjadikannya sebuah novel yang masih relevan dan memikat di Indonesia. Dengan sentuhan kisah antara seorang ayah dan anak, novel ini berhasil mengkritisi kondisi sosial masyarakat Indonesia dengan cara yang kocak namun mendalam.
Sabari, dengan penuh kasih, menunjukkan cintanya pada Zorro. Keindahan makhluk kecil ini dan segala kebaikan yang dipancarkannya benar-benar memukau hati Sabari. Ia rela mencium setiap bagian dari tubuh anaknya, dari kepala hingga jari-jemari kakinya yang mungil. Di malam hari, Sabari kesulitan tidur karena membayangkan segala rencana indah yang ingin dia lalui bersama anaknya ketika tumbuh besar. Mulai dari mengajaknya menyaksikan pawai 17 Agustus, mengunjungi pasar malam, hingga mengajarinya berpuasa dan mengaji. Semua itu direncanakan dengan penuh cinta dan kehangatan, termasuk mengajaknya naik sepeda setiap sore ke taman kota.
Andrea Hirata, pengarang hebat ini, telah meraih berbagai penghargaan prestisius, termasuk penghargaan pertama dalam New York Book Festival 2013 untuk The Rainbow Troops, edisi Amerika. Karya-karyanya seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan, Cinta di dalam Gelas, Sebelas Patriot, Laskar Pelangi Song Book, Ayah, Sirkus Pohon, dan Guru Aini juga mendapat pengakuan di level internasional.
Pada tahun 2015, Andrea Hirata dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa di bidang sastra oleh University of Warwick, UK, dan pada tahun 2017, ia menerima penghargaan budaya dari pemerintah Perancis untuk karyanya Les Guerriers de L'arc-en-ciel (Laskar Pelangi edisi Perancis). Selain menjadi penulis ulung, Hirata juga memimpin upaya memajukan minat baca dan menulis di Indonesia. Inisiatifnya terwujud dalam pendirian Museum Kata Andrea Hirata di Belitung, menjadi museum sastra pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Ulasan
Belum ada ulasan.