Deskripsi
Setelah kesuksesan novel “Saman,” Ayu Utami melanjutkan kisah empat sahabat perempuan dalam novelnya yang penuh makna, “Larung.” Seakan menjadi lanjutan yang tak kalah menarik dari pendahulunya, “Larung” membawa pembaca dalam perjalanan moral dan keadilan hukum di tengah dinamika masyarakat Indonesia, baik dari segi rakyat maupun penguasa.
Diceritakan, “Larung” membawa karakter baru, yang bernama Larung, untuk bergabung dengan Saman dalam upaya menyelamatkan tiga aktivis yang dikejar-kejar pasca-peristiwa 27 Juli 1996. Novel ini menjadi cermin pergolakan politik dan kekuasaan rezim militer yang mencoba merepresentasikan dominasi orde baru. Dalam konteks ini, Ayu Utami berhasil menggambarkan kisah yang tidak hanya berfokus pada karakter-karakternya, tetapi juga pada latar politik yang memerangi oposisi dan gerakan mahasiswa.
Pergolakan politik tersebut menjadi pusat perhatian dalam “Larung,” di mana Saman, yang sebelumnya melarikan diri ke New York sebagai pelarian politik, kembali bersatu dengan empat sahabatnya: Shakuntala, Cok, Yasmin, dan Laila. Bersama-sama, mereka memiliki misi mulia untuk membantu aktivis mahasiswa kiri menghindar dari kejaran rezim militer. Misi berbahaya ini menjadi sorotan utama dalam novel, menciptakan ketegangan yang mencekam sepanjang kisah.
Di tengah narasi politik yang kuat, ciri khas Ayu Utami tentang feminisme tetap hadir, melalui petualangan cinta dan perselingkuhan yang melibatkan tokoh-tokoh dalam “Larung.” Hal ini mengukuhkan Ayu Utami sebagai penulis yang tidak hanya mahir merangkai alur cerita politik, tetapi juga mampu menyelipkan aspek-aspek emosional dan romantis yang menggugah.
Novel ini bukan hanya populer di Indonesia, tetapi juga mendapatkan perhatian internasional. “Larung” telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan Jerman, memperluas jangkauan pesan moral dan politik yang terkandung dalam karyanya. Dengan penggabungan unsur-unsur politik, feminisme, dan petualangan, Ayu Utami menciptakan sebuah karya sastra yang menggugah pikiran pembaca, memperdalam refleksi moral, dan memberikan pandangan yang tajam terhadap kompleksitas sejarah kontemporer Indonesia.
Ulasan
Belum ada ulasan.