Deskripsi
Semakin mendominasi kehadiran dunia digital dan virtual belakangan ini telah mempercepat penurunan peran tubuh manusia. Komunikasi dengan orang lain kini tidak lagi memerlukan kehadiran fisik seseorang, melainkan dapat diwakilkan melalui pesan singkat melalui telepon pintar. Bahkan, pekerjaan jurnalistik pun dapat diselesaikan tanpa harus turun ke lapangan karena data dan angka tersedia secara daring. Intelejensi buatan (artificial intelligence) juga semakin banyak menggantikan pekerjaan manusia yang bersifat rutin dan terstruktur. Apakah dunia semacam ini berdampak pada kemanusiaan kita? Apakah manusia tetap mempertahankan sifat kemanusiaannya ataukah sebaliknya?
Tubuh seringkali dianggap kurang penting dibandingkan dengan kesadaran. Sejak era Rene Descartes, kesadaran dianggap sebagai dasar eksistensi dan pengetahuan manusia, sementara tubuh dianggap sebagai objek semata. Namun, Husserl dan fenomenologis lainnya memberikan pandangan berbeda: dengan menghindari kategori subjek-objek dan mendalam ke dalam kehidupan konkret, kita dapat mengalami fenomena yang lebih murni dan asli, terlepas dari asumsi dan prasangka kita.
Buku ini secara singkat mengulas pandangan Merleau-Ponty tentang fenomenologi dan makna kebertubuhan manusia. Merleau-Ponty, mengembangkan gagasan Husserl, menekankan pentingnya tubuh sebagai dasar kita dalam dunia dan makna eksistensi manusia sebagai entitas berkeberadaan fisik. Di satu sisi, melalui pengalaman bertubuh, manusia membentuk hubungan dengan dunia dan membentuk persepsi tentangnya. Di sisi lain, orang lain mengenali kita terutama melalui kehadiran fisik tubuh kita. Pemahaman tentang eksistensi tubuh dan dunia yang dihuninya membantu kita menentukan arah perkembangan manusia.
Ulasan
Belum ada ulasan.