Deskripsi
Dalam novel yang menarik berjudul “Pukul Setengah Lima,” penulis membawa pembaca ke dalam kehidupan Alina, seorang gadis yang membenci hidupnya. Alina merasa bahwa nasib selalu berpihak padanya, dan kehidupannya tidak pernah sesuai dengan harapannya. Namun, segalanya berubah saat ia bertemu dengan Bima di sebuah bus pada petang pukul setengah lima.
Alina memutuskan untuk menciptakan realitas baru dengan mengubah identitasnya menjadi sosok yang berbeda, yaitu Marni. Keputusan ini diambilnya ketika Bima, seorang laki-laki yang menarik perhatiannya, mulai menunjukkan ketertarikan padanya. Alina menciptakan kepalsuan ini sebagai cara untuk melarikan diri dari kehidupannya yang membosankan dan penuh kekesalan.
Seiring berjalannya cerita, Alina dan Bima mulai menjalin hubungan yang semakin erat. Alina, yang berada di balik sosok Marni, merasakan kebahagiaan yang selama ini selalu absen dalam hidupnya. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat rasa bersalah yang mulai merayap ke dalam hati Alina. Ia menyadari bahwa kebohongan yang dibuatnya bisa membawa konsekuensi yang tidak diinginkan.
Dilema pun muncul dalam hidup Alina. Di satu sisi, ia menikmati kebahagiaan yang ditemuinya dalam kepalsuan sebagai Marni, tetapi di sisi lain, rasa bersalah dan pertimbangan etis menuntutnya untuk mengungkapkan kebenaran kepada Bima. Apakah Alina akan melanjutkan kebohongan atau memilih untuk berbicara jujur kepada laki-laki yang telah jatuh hati padanya?
Novel “Pukul Setengah Lima” mengajak pembaca untuk merenung tentang konsep kebenaran, identitas diri, dan kompleksitas hidup. Bagaimana Alina, dalam kepalsuan yang sempurna, menavigasi kehidupannya yang penuh intrik ini? Bagaimana nasib Bima, yang tanpa sadar terlibat dalam dunia yang dibangun atas kebohongan?
Profil penulis Tsana, yang menggunakan nama pena Rintik Sedu, memberikan warna tersendiri pada kisah ini. Tsana aktif berbagi cerita melalui podcast dan blognya, menciptakan ruang untuk kreativitas dan interaksi dengan pembaca. Karya-karyanya seperti “Geez & Ann,” “Kata,” “Buku Minta Dibanting,” dan “Buku Minta Disayang” menggambarkan keberagaman cerita dan ide yang dimiliki Tsana.
“Pukul Setengah Lima” tidak hanya menghadirkan cerita yang menghibur, tetapi juga memicu refleksi mendalam tentang hakikat kehidupan, kebahagiaan, dan konsekuensi dari keputusan-keputusan yang kita ambil. Sebuah perjalanan emosional yang menarik, membawa pembaca meresapi kompleksitas karakter Alina dan menantikan keputusan apa yang akan diambilnya dalam menghadapi dunia yang telah diciptakannya.
Ulasan
Belum ada ulasan.