Putri Cina

Deskripsi

Dalam perjalanan hidup ini, manusia seringkali terbelenggu oleh ikatan daging dan darah yang seharusnya mempersatukan, namun justru menjadi pemisah. Ironisnya, kita lahir sebagai saudara, namun mengapa bumi tempat kita berpijak enggan menjadi tanah air yang damai dan tenteram? Ini adalah esensi tragis yang digambarkan dalam novel “Putri Cina”. Karya ini merangkai kisah tentang keinginan manusia untuk mencintai bumi tempatnya tinggal, hanya untuk menemui ketidaksetujuan dari tanah air yang seharusnya menjadi pelukan hangat.

Sang penulis, Sindhunata, berhasil menjelajahi tragedi ini melalui berbagai lapisan kehidupan dengan kebijaksanaan filsafat dan mitos yang melimpah, baik dari budaya Jawa maupun Cina. Tragika kehidupan diungkapnya melalui kajian mendalam terhadap babad dan sejarah, menciptakan karya sastra yang menggambarkan keindahan dan kekayaan refleksi hidup.

Dalam perjalanannya, “Putri Cina” menyampaikan keyakinan bahwa setiap manusia, terlahir di manapun, seharusnya dianggap sebagai saudara. Namun, mengapa manusia di tanah airnya sendiri tidak mau menerima keberadaannya dengan sepenuh hati? Sindhunata menggambarkan perjuangan ini sebagai tragedi yang menyentuh hati, merangkai sebuah narasi cinta yang tak ingin terkotak oleh ikatan daging dan darah.

Novel ini tidak hanya sebuah karya sastra, tetapi juga merupakan perjalanan pemikiran yang mengajak pembacanya mempertimbangkan perbedaan antara mitos dan kenyataan historis. Di panggung sejarah yang tragis ini, cinta dua kekasih menjadi pementasan yang mengharukan, ketika upaya mereka untuk menjalani hubungan tanpa batas daging dan darah hanya berujung pada tragedi.

Melalui gaya bertutur yang khas, “Putri Cina” mengajak pembacanya masuk ke dalam dunia di mana mitos dan sejarah bersinggungan tanpa terpisahkan. Sejarah di sini bukan hanya fakta, melainkan panggung di mana tragedi mitos menyajikan dirinya. Novel ini memukau dengan cara yang sangat menyentuh, merangkai kisah cinta yang pada akhirnya menjadi tragedi yang memilukan, menggugah pemikiran kita tentang arti sejati dari persaudaraan manusia.