Deskripsi
Pada awal pendisiplinan Jepang, terjadi kesadaran bahwa negara ini masih tertinggal dalam hal industri dan kualitas sumber daya manusia. Sebagai respons, Jepang memulai interaksi dengan negara-negara Barat dan melaksanakan Misi Iwakura. Misi ini mencakup kunjungan ke berbagai fasilitas seperti pabrik, sekolah, pelabuhan, dan kantor pemerintahan, serta pertemuan dengan pemimpin dari Amerika dan 11 negara di Eropa.
Jepang mengambil inspirasi dari negara-negara Barat dan mengadopsi sistem wajib belajar sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas SDM dianggap krusial untuk mendukung kemajuan industri dan pembangunan militer yang sukses. Pada saat itu, adat tradisional Jepang juga mengalami reformasi. Dohi Masataka mencatat beberapa kebiasaan buruk, seperti kurangnya kesatuan antara rakyat dan pemerintah, meremehkan perempuan, dengki dan iri di antara anggota masyarakat, tunggakan pajak dan uang sekolah, serta obsesi terhadap segala hal yang berbau Barat.
Proses perubahan adat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, namun perubahan itu sendiri terjadi tanpa disadari. Fokus utama adalah pada kerja nyata daripada sekadar berargumentasi. Kampanye terus berlanjut, mencakup reformasi pola hidup yang sesuai dengan perkembangan zaman. Pemerintah juga menggunakan ajaran agama sebagai alat untuk memacu modernisasi. Masyarakat Jepang membutuhkan agama yang memberikan semangat positif bagi kehidupan duniawi dan mendukung kemajuan negara.
Sebagai panduan moral, pemerintah Jepang memasukkan 13 prinsip hidup Franklin ke dalam buku pelajaran moral untuk sekolah dasar. Prinsip-prinsip ini, seperti hidup sederhana, bertindak adil, tulus, rajin, hemat, tegas, dan lainnya, dianggap sebagai landasan untuk membentuk karakter yang positif dan mendukung perkembangan masyarakat Jepang.
Ulasan
Belum ada ulasan.