Deskripsi
Soe Hok-gie, seorang pemikir yang kritis, idealis, dan pemberontak, meninggalkan warisan yang mendalam melalui Catatan Seorang Demonstran (1983), yang menggambarkan semangat perlawanan yang berkembang sejak masa SMP-nya. Gie bahkan berdebat dengan guru bahasa Indonesia karena perbedaan pendapat mengenai pengarang prosa dalam “Pulanglah Dia si Anak Hilang”. Saat SMA, dia memrotes kebijakan sekolah yang hanya menerima siswa dari kalangan pejabat.
Pengalaman-pengalaman itu membentuk Gie menjadi seorang yang berjiwa politik, penuh empati terhadap rakyat kecil, dan mahir dalam beretorika. Dia konsisten menolak menjadi bagian dari sistem dan selalu berpihak pada kemanusiaan serta kebebasan. Dalam salah satu tulisannya pada 10 Desember 1959, Gie mengungkapkan kegeramannya melihat seseorang makan kulit mangga karena kelaparan, sementara tak jauh dari situ, Presiden Sukarno sedang menikmati hidangan bersama para istrinya.
Gie diingat karena tulisan-tulisannya yang menggugah. Aktivis Mapala Universitas Indonesia yang meninggal saat mendaki puncak Semeru pada 16 Desember 1969 ini memegang teguh prinsipnya: “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”
Ulasan
Belum ada ulasan.