Deskripsi
Terdapat sepuluh cerpen dalam buku “Tentang Desir”. Sebagian besar cerita menggambarkan hubungan antara manusia dan alam dalam nuansa kuno dan mistis. Kisah-kisah ini berlatar belakang kerajaan, zaman penjajahan/perang, hutan, laut, dan gunung. Kepercayaan gaib, mitos, dan jejak masa lalu tersebar di berbagai cerita. Salah satu cerpen, “Yunus dan Sang Paus,” yang menjadi finalis 10 besar Festival Sastra Universitas Gadjah Mada, menceritakan hubungan unik dan sakral antara manusia (Yunus) dan paus sperma betina (Ma). Yunus dan Ma memiliki pertemuan tahunan yang khusus di laut dekat kampung Yunus. Namun, hubungan mereka terancam oleh perburuan paus oleh nelayan-nelayan, dan kisah ini menggambarkan kehancuran hubungan tersebut.
Cerita lainnya, “Raksasa,” menceritakan pengalaman seorang pemuda yang melihat raksasa hijau besar saat mendaki gunung. Raksasa tersebut digambarkan sebagai sosok yang tidak mengganggu, hanya ingin berteman dengan para pendaki.
Dalam cerpen “Percakapan Gagak dan Rusa,” Gladhys mengisahkan tiga pemburu rusa yang mencoba mematahkan kepercayaan masyarakat sekitar hutan. Mereka berhasil membunuh rusa dan menunggu kematian mereka sesuai kutukan. Cerita ini menunjukkan pembelaan terhadap mitos dan kepercayaan mistis yang berkembang di masyarakat.
Gladhys menggunakan metafora dalam beberapa ceritanya, seperti “Murka Tiga Saudara,” yang dapat dianggap sebagai metafora dari letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. Gladhys mengaitkan peristiwa tersebut dengan perlawanan terhadap kolonialisme.
“Tentang Desir” mengajak pembaca untuk merenung tentang panggilan hati, dengan kisah-kisah yang terasa magis dan nyata pada saat bersamaan. Gladhys Elliona diakui sebagai nafas baru dan segar dalam dunia kepenulisan, menunjukkan imajinasi yang luas tanpa batas.
Ulasan
Belum ada ulasan.