-
-18%
Rindu
Buku ini menjadi sajian yang menggugah selera bagi pembaca dari berbagai kalangan, termasuk remaja dan orang dewasa. Ceritanya mempersembahkan perjalanan yang melibatkan kerinduan mendalam, terutama dalam konteks zaman penjajahan Belanda pada tanggal 1 Desember 1938 di Kota Makassar. Momentum sejarah tercipta ketika sebuah kapal uap yang megah mendarat, membawa pesan dengan jelas lewat tulisan besar di lambungnya: “Blitar Holland”. Keberadaan kapal uap tersebut menghadirkan menara uap yang tak terkalahkan pada masanya, mengawali kisah panjang dengan beban kerinduan di dalam hati.
-
-21%
Selamat Tinggal
Di sebuah sudut kota, tepat di dekat stasiun kereta listrik, terdapat toko buku unik yang disebut “Berkah.” Penjaga toko ini adalah Sintong Tinggal, seorang mahasiswa rantau dari Fakultas Sastra yang sudah menjalani tujuh tahun kuliahnya tanpa berhasil lulus, menjadikannya dikenal sebagai “mahasiswa abadi.”
-
-5%
Sendiri
Tidak ada yang abadi di dunia ini. Lautan bisa mengering. Gunung bisa rata. Benua terpisah, bersatu, dan terpisah lagi. Apalagi cinta pasangan manusia. Sehebat apapun cinta tersebut, pasti akan berakhir. Waktu akan menelannya.
-
-10%
Si Anak Savana
Apa yang kamu temui di savana? Padang rumput? Beberapa pohon yang layu? Atau mungkin sapi dan kuda sedang merumput? Bagaimana perasaanmu ketika berada di savana? Panas? Udara kering yang membuat kerongkongan haus? Ataukah hembusan angin yang lembut membelai? Jika kau bertanya padaku, inilah jawabanku: Aku melihat ketangguhan di savana.
-
-7%
Si Putih
“Si Putih” adalah spin-off dari serial Bumi, karya Tere Liye, yang merupakan buku kesepuluh dalam rangkaian petualangan dunia paralel. Namun, jika Anda berharap menemui petualangan bersama Raib, Ali, dan Seli dalam novel ini, maka itu tidak akan terjadi karena kehadiran mereka hanya sebatas cameo. Melalui buku berhalaman 376 ini, pembaca akan diajak berpetualang ke dalam klan baru yang belum pernah dijelajahi dalam novel-novel sebelumnya dari serial Bumi.
-
-10%
Tanah Para Bandit
Novel ini sarat dengan nuansa aksi dan kejutan tak terduga. Menandai buku ketujuh dalam serangkaian karya Tere Liye yang melibatkan Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi, Pulang-Pergi, Bedebah di Ujung Tanduk, dan Tanah Para Bandit.
-
-20%
Yang Telah Lama Pergi
Inilah yang terakhir kali Al Mas’ud ingat sebelum ia kehilangan kesadaran beberapa saat yang lalu. Sekarang, matanya membuka, perlahan mengerjap. Cahaya terang menyelinap melalui celah kecil di dinding. Sudah siang? Berapa lama dia tak sadarkan diri? Berusaha untuk duduk, tubuhnya terasa sakit. Memar di lengan dan lebam di paha serta punggungnya memberikan sinyal rasa sakit.