Sutan Sjahrir, seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia, memainkan peran penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Meskipun tidak hadir dalam momen bersejarah proklamasi kemerdekaan yang diprakarsai oleh Bung Karno dan Bung Hatta, Sutan Sjahrir memilih jalur diplomasi sebagai cara untuk mengusir penjajah, sebuah pendekatan yang kontroversial di kalangan tokoh-tokoh yang lebih radikal.

Dalam pusaran peristiwa ini, Pangeran Diponegoro (1785-1855) mencatat pengalaman dan perjuangannya dalam otobiografi-Babad Diponegoro (1832), yang ditulisnya selama pengasingan di Manado. Buku ini menjadi unik karena merupakan salah satu otobiografi dalam sastra Jawa modern yang menghadirkan pandangan langsung sang tokoh terhadap perang yang memicu perubahan besar di Indonesia.

Mohammad Hatta, atau yang akrab disapa Bung Hatta, mencatat dua pencapaian monumental dalam hidupnya menurut pandangan pribadinya. Pertama, sebagai salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Kedua, ketika ia mewakili bangsa Indonesia dalam menerima penyerahan kedaulatan di Belanda pada 27 Desember 1949. Inilah kisah hidup dan perjuangan Bung Hatta yang tertuang dalam tiga jilid buku, merinci perjalanan dari masa kanak-kanak hingga puncak kematangan pemikiran dan aktivitas politiknya.