-
-5%
How To Run A Country
Tulisan-tulisan politik Cicero tidak hanya menjadi sumber berharga untuk studi Romawi kuno, tetapi juga wawasan dan kearifannya tetap relevan. Penggunaan dan penyalahgunaan kekuasaan hampir tidak mengalami perubahan selama dua ribu tahun.
-
-10%
How To Win An Election
Marcus Cicero, seorang orator berbakat dan intelektual yang sebanding dengan kebolehannya menggunakan kata-kata, memulai kariernya sebagai pejabat yang meskipun rendah namun memiliki peran penting. Reputasinya semakin gemilang ketika ia sukses sebagai kuasa hukum untuk banyak tokoh terkemuka. Namun, nasib tidak berpihak kepadanya sebagai bangsawan.
-
-25%
Humanisme dan Sesudahnya
Mengapa perlu membahas kembali humanisme, suatu paham yang menekankan pada manusia, kemampuan kodratnya, dan nilai-nilai kehidupan duniawi? Sejak abad ke-14, gerakan humanis modern telah tumbuh, memberikan penafsiran rasional yang mempertanyakan monopoli agama dan negara dalam menentukan kebenaran. Humanisme sekuler memberikan keyakinan bahwa kehidupan “dunia-atas-sana” tidak lebih penting daripada “dunia-bawah-sini.” Namun, humanisme tidak terlepas dari kritik.
-
-11%
Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia
Melalui analisis yang kaya akan nuansa ekspresi dan representasi dalam budaya layar, seperti bioskop, televisi, dan media sosial, penulis menganalisis gelombang energi dan optimisme, sekaligus kekecewaan, disorientasi, dan keputusasaan, yang muncul dalam kekosongan kekuasaan pasca-keruntuhan dramatis rezim Orde Baru yang militeristik.
-
-4%
Ikan Adalah Pertapa
Penyair KO HYEONG RYEOL, melalui puisi-puisinya, memberikan pengalaman membaca yang kaya dengan kilatan gagasan dan makna yang melompat dari satu objek ke objek lainnya. Menurut Maman S. Mahayana dan Nenden Lilis Aisyah, setiap puisi KO HYEONG RYEOL seperti satu lampu yang memancarkan cahaya ke berbagai arah, dengan tanda-tanda dalam puisi tersebut memiliki makna yang bervariasi dan dapat diinterpretasikan ke berbagai arah. Dengan kata lain, setiap puisi tidak hanya memiliki satu makna tetap, namun dapat membuka pintu untuk makna-makna baru setiap kali dibaca.
-
-20%
Islam, Otoritarianisme, Dan Ketertinggalan
Dalam penelitian yang mendalam oleh Ahmet T. Kuru, seorang guru besar ilmu politik dan direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University, dia menggugah pemikiran konvensional yang menunjukkan bahwa agama Islam adalah penyebab utama tingkat otoritarianisme tinggi dan pembangunan sosioekonomi rendah di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Kuru menyoroti bahwa penjelasan tersebut terlalu sederhana dan tidak mencerminkan sejarah yang kompleks.
-
-9%
John Locke dan Akar Pemikiran Kekayaan Intelektual
Buku “John Locke dan Akar Pemikiran Kekayaan Intelektual” karya Ignatius Haryanto menjadi referensi yang sangat baik bagi mereka yang ingin memahami HKI dari sudut pandang filsafat, tanpa terjebak hanya dalam batas norma perundang-undangan yang jelas dipengaruhi oleh “kepentingan” tertentu. Buku ini juga dapat menjadi sumber belajar yang baik bagi para pengajar HKI di perguruan tinggi untuk menghindari doktrin positivisme atau legalisme sempit yang dapat menyesatkan mahasiswa dalam pemahaman mengenai sistem perlindungan HKI.
-
-9%
Kerudung Merah Kirmizi
Dengan latar belakang masa Orde Baru dan awal reformasi, novel ini mengupas liku-liku seorang pengusaha yang menggunakan oknum aparat keamanan dan para bandit untuk mencapai tujuannya. Remy Sylado, dengan kepiawaian luar biasa, menggambarkan keharuan dan ketegangan dalam kisah yang memukau. Melalui cerita yang tulus, kita dibawa untuk menyadari bahwa kejujuran dapat menjadi sumber kekuatan manusia dalam menghadapi marabahaya dalam berbagai wujudnya.
-
-17%
Kisah Brang Wetan
Kisah Brang Wétan mencakup Babad Alit dan Babadé Nagara Patjitan, dua narasi sejarah yang menghadirkan cerita tentang Ponorogo, Pacitan, Madiun Raya, Surakarta, Trenggalek, Kediri, hingga Pajajaran di Jawa bagian barat. Dalam dua babad ini, yakni Babad Alit (NN, 1911) dan Babadé Nagara Patjitan (Gandaatmadja, 1924), terdapat kekayaan informasi yang belum banyak diakses oleh khalayak umum. Meskipun dua babad ini telah menjadi bagian dari Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda sebelumnya, sekarang keduanya telah pulang kampung dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, disatukan dalam satu buku.
-
-20%
Lalita
Lalita, seorang perempuan muda, tiba-tiba mendapatkan warisan berupa sejilid kertas tua yang menggambarkan berbagai mandala. Kejadian ini menjadi awal petualangan yang membawanya pada pengetahuan mendalam tentang sang kakek. Setiap hari, pengetahuannya berkembang, dan semakin besar pengetahuannya, sang kakek pun semakin muda dalam penglihatannya.
-
-20%
Larung
Diceritakan, “Larung” membawa karakter baru, yang bernama Larung, untuk bergabung dengan Saman dalam upaya menyelamatkan tiga aktivis yang dikejar-kejar pasca-peristiwa 27 Juli 1996. Novel ini menjadi cermin pergolakan politik dan kekuasaan rezim militer yang mencoba merepresentasikan dominasi orde baru. Dalam konteks ini, Ayu Utami berhasil menggambarkan kisah yang tidak hanya berfokus pada karakter-karakternya, tetapi juga pada latar politik yang memerangi oposisi dan gerakan mahasiswa.
-
-4%
Laut Bercerita
Buku ini membagi ceritanya menjadi dua bagian. Bagian pertama mengambil sudut pandang seorang mahasiswa aktivis bernama Laut. Cerita ini menceritakan perjalanan Laut dan kawan-kawannya dalam menyusun rencana, melarikan diri dari kejaran, hingga akhirnya tertangkap oleh pasukan rahasia. Bagian kedua, di sisi lain, diceritakan oleh Asmara, adik Laut. Bagian ini mencerminkan perasaan keluarga korban penghilangan paksa, serta bagaimana mereka berjuang mencari kerabat yang tak pernah kembali.