-
-14%
Jalan Bandungan
Dalam kisah yang dipaparkan dalam “Jalan Bandungan,” penulis mengajak pembaca untuk memahami kompleksitas hidup seorang wanita bernama Muryati. Dalam kehidupan sehari-hari, Muryati adalah salah satu dari ribuan wanita yang tidak pernah tahu keberadaan pasangannya setelah waktu kantor selesai. Suami yang sering memberikan alasan mengenai kepergiannya, membuat Muryati harus hidup dengan ketidakpastian dan rasa kehilangan.
-
-9%
Jejak Balak
Dima Sawitri, jurnalis muda yang baru pertama kali bertugas di Kaba Jorong, mendapati dirinya terjerat dalam misteri kematian dua pembalak liar. Kejadian ini membawanya bersama rekan kerjanya, Timur, menggali lebih dalam kasus yang ternyata tidak semudah yang diperkirakan awalnya. Polisi meyakini bahwa kematian kedua pembalak itu disebabkan oleh serangan harimau yang mematikan.
-
-5%
Kado Terbaik
Kisah “Kado Terbaik” mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Rizki. Ayahnya meninggal karena tertembak, dan ibunya membuang Rizki beserta dua adik perempuannya di sebuah panti asuhan ilegal. Meskipun panti asuhan ini menyamar sebagai tempat yang peduli terhadap anak-anak, namun kenyataannya seperti penjara yang menakutkan. Di sana, Rizki dan adik-adiknya hidup dalam penderitaan, bukan mendapatkan pendidikan yang layak, melainkan diharuskan mencari uang di jalanan.
-
-8%
Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Keajaiban Toko Kelontong Namiya adalah novel fiksi karya Keigo Higashino, salah satu penulis terpopuler dari Jepang yang dikenal dengan novel-novel misteri dan kriminalnya. Namun, berbeda dari karyanya yang lain, buku yang diterbitkan pada 2012 ini mengusung genre fantasi dengan sentuhan drama yang menghangatkan hati. Sebagai novel bestseller internasional, buku ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan diadaptasi ke film serta drama di beberapa negara.
-
-6%
Keberangkatan
Novel “Keberangkatan” karya Nh. Dini memasuki dunia literasi pada tahun 1977, menandai perjalanan indah sebuah kisah yang sarat akan cinta, drama keluarga, dan pencarian identitas. Dengan keunikan plotnya, novel ini menjadi suara penting yang menyuarakan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang jati diri dan hakikat menjadi seorang perempuan di tengah masyarakat.
-
-15%
Keep the Aspidistra Flying (Tetaplah Jaya, Aspidistra)
London, tahun 1936. Gordon Comstock memutuskan untuk memerangi kekayaan. Seorang penyair berusia hampir tiga puluh tahun, Gordon baru saja menerbitkan satu buku puisi yang tidak laku. Gordon meninggalkan pekerjaan yang aman demi idealisme, hidup dalam kemiskinan, tetapi terlalu teguh untuk menerima bantuan.
-
-9%
Kerudung Merah Kirmizi
Dengan latar belakang masa Orde Baru dan awal reformasi, novel ini mengupas liku-liku seorang pengusaha yang menggunakan oknum aparat keamanan dan para bandit untuk mencapai tujuannya. Remy Sylado, dengan kepiawaian luar biasa, menggambarkan keharuan dan ketegangan dalam kisah yang memukau. Melalui cerita yang tulus, kita dibawa untuk menyadari bahwa kejujuran dapat menjadi sumber kekuatan manusia dalam menghadapi marabahaya dalam berbagai wujudnya.
-
-10%
Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh
Reuben dan Dimas, pasangan gay yang keduanya merupakan akademisi, berjanji untuk menciptakan karya bersama dalam rangka perayaan ulang tahun mereka yang ke-10. Meskipun Reuben, yang memiliki obsesi menggabungkan sains dan spiritualitas dan menyebut dirinya Psikolog Kuantum, awalnya ingin fokus pada konsep ilmiah, dia akhirnya setuju untuk membuat novel bersama Dimas.
-
-7%
Komet
Setelah “musuh besar” berhasil lolos, dunia paralel berada dalam situasi genting, dengan pertempuran besar yang sepertinya tak dapat dihindari. Bagaimana jika ribuan petarung, yang memiliki kemampuan seperti menghilang, mengeluarkan petir, dan teknologi maju lainnya, muncul di permukaan Bumi? Kekacauan yang tak terbayangkan akan terjadi. Ali, pada detik terakhir, melompat ke portal menuju Klan Komet, menyisakan Raib dan Seli tersesat di klan asing untuk mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.
-
-13%
La Barka
Novel “La Barka” karya Nh. Dini menjadi salah satu karya terbaiknya yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1975 oleh Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Dengan tebal 205 halaman, novel ini kembali mengalami cetakan kedua pada tahun 1976, memberikan kesan mendalam bagi pembaca. Penerbitan ulang dilakukan oleh Grasindo pada tahun 2000 dan Gramedia Pustaka Utama (GPU) pada tahun 2010, memastikan bahwa kisah ini tetap relevan seiring berjalannya waktu.
-
-20%
Lalita
Lalita, seorang perempuan muda, tiba-tiba mendapatkan warisan berupa sejilid kertas tua yang menggambarkan berbagai mandala. Kejadian ini menjadi awal petualangan yang membawanya pada pengetahuan mendalam tentang sang kakek. Setiap hari, pengetahuannya berkembang, dan semakin besar pengetahuannya, sang kakek pun semakin muda dalam penglihatannya.
-
-20%
Larung
Diceritakan, “Larung” membawa karakter baru, yang bernama Larung, untuk bergabung dengan Saman dalam upaya menyelamatkan tiga aktivis yang dikejar-kejar pasca-peristiwa 27 Juli 1996. Novel ini menjadi cermin pergolakan politik dan kekuasaan rezim militer yang mencoba merepresentasikan dominasi orde baru. Dalam konteks ini, Ayu Utami berhasil menggambarkan kisah yang tidak hanya berfokus pada karakter-karakternya, tetapi juga pada latar politik yang memerangi oposisi dan gerakan mahasiswa.